Quantum Learning

|



Georgi Lozanov, nama seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria merupakan tokoh yang melahirkan teori belajar yang dikemudian hari dikenal dengan istilah Quantum Learning.

Pada mulanya ia melakukan eksperimen yang disebut dengan suggestology (suggestopedia). Suggestology pada prinsipnya menyatakan bahwa sugesti diyakini dapat mempengaruhi situasi maupun hasil belajar. Suggestology dapat mendorong terjadinya percepatan belajar ( accelerated learning ) yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan disertai dengan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui kombinasi dari unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.Dalam pelaksanaan pembelajaran, quantum learning merupakan kiat, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Bobby De Porter mengembangkan quantum learning menjadi tehnik untuk meningkatkan kemampuan diri yang tujuan akhirnya adalah membantu siswa agar responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan realitas yang selalu berubah.

De Porter menggunakan berbagai tehnik agar siswa memperoleh sugesti positif misalnya dengan mendorong partisipasi aktif siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memutar musik diruang belajar, menempel poster – poster yang dapat memberi tambahan informasi yang di perlukan siswa.

Selanjutnya Bobby De Porter menjelaskan bahwa “Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif yang merupakan faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992)

Selanjutnya De Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi bertujuan agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka mengalihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”.

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi.

Melalui quantum learning siswa dikenalkan tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas dan bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.

Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein.

Dalam kaitan itu pula, quantum learning menerapkan konsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahan kan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Melalui quantum peserta didik dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning.

Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpan an pengertahuan pribadi.

Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar dan setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.”

Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupa kan rintangan. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.”

Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” .


Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah - langkah menumbuhkan minat dan belajar aktif.

Didik Widiawan Sukmadi
SMA Negeri 2 Solo

Jawa Tengah

Pengembangan Materi Pembelajaran

|


A. Pengertian.

Materi pembelajaran (instructional materials) adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Materi Pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum yang harus di persiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Materi yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar .

B. Jenis – Jenis Materi Pembelajaran.

  1. Materi fakta :

Segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya

Contoh : Peristiwa gempa di Jogjakarta.

  1. Materi Konsep :

Segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya.

Contoh : Definisi masyarakat.

  1. Materi Prinsip :

Berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting , meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

Contoh : Paradima Konflik à konflik social à akomodasi à integrasi.

  1. Materi Prosedur :

Meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

Contoh : Tahap- tahap sosialisasi.

  1. Materi Sikap atau nilai :

Merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar serta bekerja, dsb. Contoh : Interaksi sosial dan dinamika sosial, Sosialisasi dan pembentukan kepribadian , dsb.

C. Prinsip – Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran

  1. Prinsip Relevansi :

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampaun yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.

  1. Prinsip Konsistensi :

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

  1. Prinsip Kecukupan :

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.

D. Urutan Materi Pembelajaran

  1. Pendekatan Prosedural

Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah - langkah secara urut sesuai dengan langkah - langkah melak sanakan suatu tugas. Misalnya langkah - langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video, cara menginstalasi program computer dan sebagainya.

  1. Pendekatan Hierarkis

Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

E. Sumber Belajar

Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisa dan mengumpulkan materi yang sesuai

untuk dikembangkan dalam bentuk Bahan Ajar. Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran tertentu. Pilihan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, atau aspek psikomotorik, serta memperhatikan keluasan dan kedalaman materinya .

Jenis sumber belajar meliputi :

  1. Buku
  2. Laporan hasil penelitian
  3. Jurnal (hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
  4. Majalah ilmiah
  5. Kajian Pakar bidang studi
  6. Karya Profesional
  7. Dokumen Kurikulum
  8. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
  9. Internet.
  10. Multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
  11. Lingkungan:alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi.

F. Penentuan Materi Pembelajaran.

1. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, meliputi:

a. Ranah Kognitif : Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Ranah Psikomotorik : Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin.

c. Ranah Afektif (Sikap) : Jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

2. Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pembelajaran

a. Tentukan Kompetensi dasar yang akan dipelajari.

b. Pilih materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar ( materi tentang fakta, konsep, prinsip, prosedur atau sikap ).

G. Urutan penyajian Materi Pembelajaran

Berdasarkan cakupan materi :

  1. Penyampaian Simultan : materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, kemudian diperdalam satu demi satu.
  2. Penyampaian Suksesif : materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.

Pernyajian materi pembelajaran berdasarkan jenis materi :

1. Penyampaian Fakta

Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) .

Langkah-langkah menyampaikan materi pembelajaran jenis fakta :

a. Sajikan fakta

b. Berikan bantuan untuk materi yang harus dihafal

c. Berikan soal-soal mengingat kembali (review)

d. Berikan umpan balik

e. Berikan tes.


2. Penyampaian Konsep

Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.

Langkah-langkah menyampaikan materi pembelajaran jenis konsep:

a. Sajikan Konsep

b. Berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh)

c. Berikan soal-soal latihan dan tugas

d. Berikan umpan balik

e. Berikan tes


3. Penyampaian materi Prinsip

Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law),

postulat, teorema, dsb.

Langkah-langkah menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip :

a. Berikan prinsip

b. Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip

c. Berikan soal-soal latihan

d. Berikan umpan balik

e. Berikan tes.

4. Penyampaian materi Prosedur

Materi pembelajaran yang berjenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.

Misalnya langkah-langkah menghidupkan televisi, menghidupkan dan mematikan kom puter.

Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:

a. Menyajikan prosedur

b. Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur

c. Memberikan latihan (praktek)

d. Memberikan umpan balik

e. Memberikan tes.


5. Menyampaikan materi Sikap (afektif)

Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.

Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain:

a. penciptaan kondisi,

b. pemodelan atau contoh,

c. demonstrasi,

d. simulasi,

e. penyampaian ajaran atau dogma.

Semoga bermanfaat.

Didik Widiawan Sukmadi

SMA Negeri 2 Solo

Jawa Tengah

Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan.

|



A. Pendahuluan.

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggung jawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.

Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia. Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan.

Perubahan - perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

B. Gejolak abad revolusi.

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan - kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah. Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas. Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini. Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :

  1. Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
  2. Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  3. Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

C. Kelahiran Sosiologi Modern.

Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, Para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).

Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern. Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte yang kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.

Dalam buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

  1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
  2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam
  3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu namun demikian, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat.

Segala upaya yang dilakukan Comte disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain :

  1. Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  2. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  3. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  4. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia,

D. Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

  1. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

  1. Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

    1. Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
    2. Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

7. Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi - segi kemasyara katan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

8. William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

9. Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

Banyaknya prespektif yang berkembang diharapkan mampu untuk menjelaskan definisi yang tepat untuk sosiologi atau dapat menjadi pilihan suatu definisi yang lebih mudah dapat dipahami. Berbagai perspektif tersebut diantaranya :

1. Teori Struktural Fungsional.

Lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat dianggap sama dengan organ-organ tubuh, seperti lembaga sosial dapat menjadi unsur yang memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup serta pemeliharaan masyarakat.

Lembaga ekonomi berfungsi mengadakan produksi dan distribusi barang dan jasa.
Lembaga sosial kekeluargaan berfungsi menjadi sistem reproduksi, pemelihara kesehatan masyarakat, anak-anak dst.

2. Teori Konflik.

Karl Marx dan Friedrich Engels yaitu ”Communist Manifesto” (1848) yang menganggap teori terpenting dalam masyarakat adalah terjadinya pertentangan Kelas (Class Stragle). Maka suatu golongan yang memerintah mempunyai kedudukan tersebut. Psikolog kontemporer lebih berpendapat bahwa titik berat konflik adalah seperti perbedaan ras, agama, produsen dan konsumen dst. Kehidupan manusia dan kelangsungannya berkisar pada masalah : ”Whose will shall prevail, Thine or mine”.

Tokoh-tokoh tersebut antara lain : C.Wriht Mills, Tom B. Bottomore, Rendall Collins dll.

3. Teori Interaksi Simbolis.

George Herbert Mead menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, dengan perantara lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama. Kemudian manusia memberikan arti pada kegiatan-kegiatannya kemudian membentuk prespektif-prespektif tertentu, dengan rumusan, dan berprilaku menurut hal-hal yang diartikan secara sosial.

4. Teori Social-Exchange.

Seseorang melakukan hubungan dengan orang lain oleh karena hal itu dapat mendatangkan keuntungan atau suatu imbalan. Jika seseorang menghendak keuntungan dari suatu hubungan maka dia harus bersedia untuk berkorban (Peter Blau 1967, James W. Vander Zaden 1979:1)

5. Etno-Metodologi.

Yang menjadi pusat perhatian Etnometodologi adalah bagaimana suatu prilaku yang merupakan kebiasaan terjadi atau berlangsung.

E. Pokok Bahasan Sosiologi

  1. Fakta social

Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).

  1. Tindakan social

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

  1. Khayalan sosiologis

Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi.

Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

  1. Realitas social

Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

F. Pemikiran Tokoh Sosiologi

1. Auguste Comte (1798 – 1857)

Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics.

  1. Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
  2. Social dynamics meneropong bagaimana lembaga lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.

Tiga tahap perkembangan pikiran manusia

    1. tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.
    2. tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia inidisebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.
    3. tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.

Emile Durkheim (1858-1917)

Sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya.

Sosiologi dibagi ke dalam tujuh seksi, yakni :

  1. sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia
  2. sosiologi agama
  3. sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan dan keluarga.
  4. Sosiologi tentang kejahatan.
  5. Sosiologi ekonomi yang mencakup unuran-unuran penelitian dan kelompok kerja.
  6. Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.
  7. Dan sosiologi estetika.

3. Max Weber (1864-1920)

  1. Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial.
  2. Teori Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masya rakat.
  3. Ajaran-ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisisnya tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan seterusnya.

4. Charles Horton Cooley (1864-1929)

  1. Mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.
  2. Teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai pada masyarakat yang masih bersahaja.
  3. Prihatin melihat masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan kesempurnaannya.

5. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

  1. Mengenalkan metode tertentu di dalam meneliti dan menganisis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
  2. Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.

6. Ferdinand Tonnies

  1. Teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial.
  2. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
  3. Gesellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.

7. Leopold Wiese (1876-1949)

  1. Sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial.
  2. Objek khusus sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial

8. Alfred Vierkandt (1867-1953)

  1. Sosiologi terutama mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat merupakan himpunan interaksi-interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas
  2. untuk mengkonstruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan.
  3. Dasar semua struktur sosial adalah ikatan emosional; tak ada konflik antara kesaradan individual dengan kelompok, oleh karena itu individu tunduk pada tujuan kelompoknya.

9. Lester Frank Ward (1841-1913)

  1. Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia
  2. Ia membedakan antara pure sociology (sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala gejala sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dalam masyarakat karena usaha-usaha manusia.
  3. Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.

10. Vilfredo Pareto (1848-1923)

  1. Sosiologi didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus matematis.
  2. Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

11. Georg Simmel (1858-1918)

  1. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang khusus,yaitu satu-satunya ilmu

pengetahuan analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan.

  1. Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia

12. William Graham Summer (1840-1910)

  1. Sistem sosiologi didasarkan pada konsep in-group dan out-group.
  2. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompokkelompok sosial
  3. Empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut, dan rasa hampa.

13. Robert Ezra Park (1864-1944)

  1. Pelopor mazhab Ekologi.
  2. Sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia.

14. Karl Mannheim (1893-1947)

  1. Pelopor sosiologi pengetahuan, menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan
  2. Akar dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan.
  3. Planning for freedom, yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.

G. Paradigma Sosiologi

Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. (Ritzer, 2002 : 6-7).

Dalam sosiologi terdapat tiga macam paradigma yaitu :

  1. Paradigma Fakta sosial,

Paradigma yang dipelopori oleh Emile Durkheim ini menekankan pokok persoalan sosiologi adalah fakta sosial. Fakta sosial adalah sesuatu (thing) yang berada diluar individu dan berbeda dari ide-ide tetapi bisa mempengaruhi individu didalam bertingkah laku. Secara garis besar, fakta sosial kelompok-kelompok, organisasi-organisasi, sistem sosial, keluarga, pemerintah, institusi politik, kebiasaan, hukum, undang-undang, nilai-nilai dan sebagainya. Teori yang berada dalam naungan paradigma fakta sosial adalah teori fungsionalisme struktural dan teori konflik.

  1. Paradigma Definisi sosial,

Paradigma yang dipelopori Max Weber ini lebih memfokuskan dan menekankan pada kenyataan sosial yang subyektif. Model pemersatu dari paradigma ini adalah karya-karya Max Weber dan juga Talcott Parsons. Karya Weber membantu mengarahkan perhatian sosiologi sebagai studi atau ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tentang tindakan sosial. Bagi Weber perbuatan manusia baru menjadi tindakan sosial sepanjang tindakan itu mempunyai arti bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Sebaliknya tindakan yang diarahkan kepada benda mati bukanlah sebagai suatu tindakan sosial, kecuali tindakan yang diarahkan kepada benda mati dilakukan untuk memancing reaksi dari orang lain. Jadi pokok persoalan yang perlu diselidiki oleh sosiologi ini adalah tindakan sosial, yakni tindakan yang penuh arti dari seorang individu.

  1. Paradigma Perilaku sosial

Paradigma yang menyatakan bahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis ialah perilaku manusia yang tampak dan kemungkinan perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatian pada hubungan antar pribadi dan hubungan pribadi dengan lingkungan. Menurut penganut paradigma ini tingkah laku seorang individu memiliki hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi dia dalam bertingkah laku. Jadi ada hubungan antara perubahan tingkah laku individu dengan perubahan lingkungan sosial yang dialami individu. Teori yang searah dengan paradigma ini adalah teori pertukaran dan teori dramaturgi.

Didik Widiawan Sukmadi
SMA Negeri 2 Solo
Jawa Tengah